Dia Telah 22 tahun bergelut di bidang komunikasi dan marketing. Sekarang sebagai programme director, dia menginginkan
seni pertunjukan bisa berkembang menjadi industri besar di negara ini.
Perempuan kelahiran 12 Februari 1974 ini telah memiliki pengalaman
selama 22 tahun di bidang komunikasi dan marketing.
Sejak tahun 2007 Renitasari Adrian menjabat sebagai programme director Bakti Budaya Djarum Foundation. Dia bertanggung
jawab menjalankan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang fokus memajukan seni budaya Indonesia, khususnya
seni pertunjukan. Agar bisa tumbuh menjadi industri besar dan dapat menghidupi
seniman Indonesia. Sosok di balik berdirinya Galeri Indonesia Kaya (GIK) tak
lain adalah berkat tangan dingin perempuan yang senang dengan berbagai produk
asli Indonesia ini.
Dia mengemas sebuah ruang publi
edutainment budaya berbasis multimedia pertama di Indonesia yang dapat
diakses masyarakat secara gratis. GIK menjadi wadah yang mempertemukan seniman
dan hasil karyanya kepada masyarakat Indonesia.
“Tidak mudah memang menumbuhkan rasa percaya dan kecintaan terhadap
seni pertunjukan budaya, apalagi orang Indonesia sendiri bukannya tidak mampu
membeli tiket pertunjukan. Faktanya berbagai pegelaran musik dari Barat yang
datang ke Indonesia, bahkan dengan harga tiket jutaan, selalu solt out,” tambahnya.
Tak hanya aktif di dalam negeri. Bakti Budaya Djarum Foundation
bersama desainer Indonesia, Denny Wirawan beberapa waktu lalu membawa wasta
Indonesia ke panggung fashion dunia,
Fashion Gallery New York Fashion Week (FGNYFW) 2016. “Melalui lini etnik
Balijava dengan koleksi batik Kudus. Sebanyak 15 tampilan rancangan terbaru
koleksi Fall/Winter sang perancang, karyanya tampil modern, edgy, dan elegan di hadapan para pecinta
fashion di Ballroom Hotel Affinia
Manhattan New York,” ujar perempuan yang telah membina pembatik Kudus sejak
tahun 2011 sebagai bagian dari upaya pelestarian wastra Indonesia ini dengan
bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar